Do you love Me?

Jadi, critanya udah lama beut nih ga update blog. Haha.
*Terserah aku dong :p


Ehemmm, begini. Jadi, setiap hari kamis critanya aku dan si pacar-sebut saja Dhony ;) – sepakat untuk berdoa puasa. Tujuannya, untuk mempertajam visi hidup kami, dan agar kami saling mendukung di dalam segala hal untuk mengerti kehendak Allah dengan sempurna.
Pagi ini rasanya lagi ga enak hati banget pas bilang aku mau doa puasa ke Tuhan. Soalnya, semalem tuh aku habis ngambek sama si pacar. Alesannya sepele sih, karena seharian kemarin-hari sebelumnya juga- aku dicuekin dan yah... sms mah jadi berasa kaya notification aja, not communication

Bukan salah si dia juga sih, soalnya dia lagi sibuk rapat sana-sini, sibuk mempersiapkan RPPB dan all about ‘ribet’ thing berkenaan dengan tim formatur PMK UNS. Pulang malem terus, abis itu langsung ngloyor boboks, ga ngerti apa kalo aku nungguin disms yang bagus2 :o *dan berbagai alesan ngambek kekanak-kanakan lainnya :p
Tapi, dia ga nyadar kalo aku ngambek :/ Aku juga ga bakal bilanglah kalo sebenarnya lagi ngambek :D

Pagi ini, ketika sedang mencoba meniatkan doa puasa, sesuatu di luar dugaan Tuhan ijinkan terjadi.
Di sela-sela kerjaan kantor pagi ini, ku buka alkitab HP. Ku baca Kisah Para Rasul 10. Yaps, sejenak kurenungkan dan rhema yang kudapet: visi Allah bagi anak-anak pilihanNya tuh sama, yaitu menjadi seorang pemberita *Iya, kamu seorang pemberita Kristus. Hanya saja, bagaimana mengerjakannya, dengan siapa, kepada siapa diberitakan, kapan waktunya, langkah apa yang harus dikerjakan untuk kesitu. Soalnya, visi Tuhan selalu spesifik bagi tiap orang dan kuncinya: One Heart, One Vision, One Location dengan partner visi~ dalam hal ini PH alias Pasangan Hidup. Hmm..
Abis perenungan singkat itu, lansung kusms deh si dia, intinya gini: “I’m sorry. I’ve forgiven you.” Trus aku nanya, pagi ini dia dapet rhema apa *btw, balesnya lama, soalnya dia lagi ngerjain evaluasi PMkU *kalo ini aku ga ngambek lagi lhho B-)

Datenglah smsnya, intinya dia bertrima kasih. Trus dia berdoa gini:

"Tuhan ak bertrima kasih krn ketika ak mengalami kesusahan atopun menyusahkan diri, Engkau menanti n ingin menolongku. Ajarku utk memandang padaMu dan bersandar pd pemeliharaanMu yg baik & penuh kasih, sampe Engkau mengantarku pulang ke surga dengan selamat. Amin. -Mazmur 46:2-"

Aku langsung merinding :p dalam hati merenung, iya juga ya, kita ga pernah tau kapan waktu Tuhan mengantar kita pulang kerumahNya. Makanya, sepanjang jalan ke rumah, alangkah  baiknya jika kita saling menopang, keep contact with God in every single step.

Sekarang, emah sih, dia ga bisa ngasih emas perak permata berlian, uang ataupun waktu yang banyak.. Tapi, satu hal yang kucinta dari si pacar: kemelankolisannya dengan Tuhan Yesus, mampu menyadarkanku bahwa Yesus begitu mengasihiku, menantiku, memeliharaku. Dan itu begitu memperkayaku, banget ;)

Jadi, mau jawab apa kalo Tuhan tanya: “Do you love Me, son?”
Seperti yang Dia tanyakan sampe 3x kepada Petrus di Yohanes 15.

Pengalamanku jalan bareng si pacar, pertanyaan “do you love me” itu maknanya dalem banget, kompleks, hampir tak bisa diinterpretasikan secara tuntas. Dan bagi orang yang pernah dengan sungguh-sungguh menyatakan “I love u” kepada seseorang. Di kemudian hari ketika seseorang itu menanyakan “do you love me,” rasanya bakal mengiris hati banget, karena: pertama, seolah tak dipercaya dan diragukan, kedua, seolah dia telah tersakiti karena kamu membuatnya mempertanyakanmu.

Seperti Petrus, kalo kamu siap jawab: “ Yes, Father. I love u with all my heart”, maka kamu juga siap menerima titah Kristus: “Gembalakanlah domba-dombaKu” ;) . Dan jangan pernah mempertanyakan cinta serta pemeliharaanNya lagi.

JBU.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Comments

Unspoken Words

Ada sesuatu yang berbeda sejak saat itu. Sesuatu yang tak bisa kukatakan.
Benar-benar takbisa kukatakan, sampai rasanya ingin menangis setiap kali mengingatnya.

Ada sesuatu yang perih di dada setiap kali aku menyangkalinya. Ada sesuatu yang tak sabar ingin tumpah dari pelupuk mata ini setiap kali aku merasa tak pantas untuk mengingatnya.

Aku benar-benar tak tahu, aku ingin tahu, tapi aku tak bisa merangkainya dalam barisan kata.
Aku ingin jawaban, tapi aku tahu, aku belum pantas mendapat jawaban dariNya sekarang. 

Satu hal kupercaya, mesti terkadang begitu perih, jika suatu saat Tuhan memang berkehendak atas hal ini, tak akan ada seorangpun yang mampu mundur dari ketetapan Tuhan. Memang, aku punya pilihan. Kamu juga. Aku memilih menyimpannya sekarang. Kusimpan satu untukmu, sebisa mungkin sekuat aku bertahan sampai kesudahannya.

Kenapa? Aku tak tahu. Yang kutahu, ada sesuatu yang berbeda sejak saat itu. Saat setelah aku berhenti membencimu karena Tuhan telah mempertemukan kita di tengah-tengah salah satu masa terpenting di dalam hidupku. Karena kamu adalah alat yang dipakai Tuhan untuk meyakinkanku mengambil pilihan besar dalam hidupku. Aku benar-benar tak tahu, kenapa ada sesuatu yang berbeda.

Aku mau bersyukur pada Tuhan, karena Dia membuatku berharap. Benar-benar berharap hanya pada-Nya.
Biarlah nafasku menjadi mazmur yang indah bagi nama-Mu Tuhan, hingga sampai kesudahannya nanti, kutemukan jawabnya di dalam nama-Mu. Dan kutemukan kata yang tepat untuk segala sesuatu yang kusimpan ini :)


Kau telah kubuktikan
cintaMu padaku
Kau membayarku dengan hidupMu
Ku bersyukur
Yang ada padaku
Semuanya milikMu
Kupersembahkan s’luruh hidupku
Di mezbahMu


Hanya Kau yang menjadi tempat jawaban
Hanya Kau tempatku berharap
Berjalan bersamaMu ku tak kan goyah
S’bab tangan kasihMu tersedia bagiku
S’lamanya Kau ku cinta.
 
Ya, benar. Kaulah Tuhan, tempat jawabanku. Apapun itu, pasti yang kudapatai adalah syukur karena Engkau sungguh baik, amat baik dan pasti baik.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Comments

Tentang Harapan

Ada saat dimana kamu begitu ingin melakukan sesuatu, sangat ingin sehingga kamu tidak bisa memikirkan hal lain lagi, namun ternyata kamu justru malah berjuang sekuat tenaga untuk tidak melakukan hal itu. Alasannya sederhana : "kamu merasa belum pantas untuk itu". Dan kamu berpikir, suatu saat nanti bila memang kamu harus melakukannya, maka Tuhan akan mengizinkan perjuanganmu berhasil pada waktuNya yang terbaik. Dan waktu itu bukanlah saat ini :). Teruslah berharap. Pengharapan di dalam Dia tidak pernah sia-sia.

Kamu hanya perlu menjaga harapanmu tetap menyala. Meskipun lilin lain meninggalkanmu dalam gelap, namun selama lilin harapanmu terus menyala maka lilin lain pun akan dapat menerangimu kembali.
Jagalah harapanmu tetap menyala.

-Just believe-

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Comments

ADAPTASI VEGETASI

A.    TUMBUHAN HIDROFIT

-          Pengertian
Tumbuhan hydrofita adalah tumbuhan yang tumbuh di habitat yang basah atau tumbuh di air, sebagian atau seluruhnya. Jenis tumbuhan yang hidup didalam atau di dekat air di sebut pula tumbuhan aquatic. Contohnya adalah Ceratophyllum demersum, Chara sp, Eichornia crassipes, hydrilla verticilata, Nymphaea capensis, Lemna minor, Pistia sp, Trapa sp, Wolffia sp dan sebagainya.
Berdasarkan hubungannya dengan lingkungan air dan udara, tumbuhan hidrofit dapat di bagi menjadi 3 kelompok tumbuhan aquatic, yairu :
a.       Tumbuhan hidrofita yang tumbuh di bawah permukaan air (submerged hydrophytes)
Merupakan tumbuhan yang berada dan hidup di bawah permukaan air, tampa berhubungan langsung dengan atmosfer. Contuh : Hydrilla sp, Myriophyllum sp, Potomegeton sp dan sebagainya.
b.      Tumbuhan hidrofita yang tumbuh terapung (floating hydrophytes).
Merupakan tumbuhan yang terapung dipermukaan air atau sedikit di bawah permukaan air dan tumbuhnya berhubungan langsung dengan air dan lingkungan atmosfer., dengan akar tumbuhan yang tidak terbenam atau mengakar di tanah. Contohnya yaitu Eichornia crassipes
c.       Tumbuhan hidrofita yang bersifat Amphibi ( amphibious hydrophytes).
Merupakan tumbuhan yang beradaptasi pada lingkungan aquatic  dan lingkungan terestis. Jenis – jenis tumbuhan ini tumbuh di perairan dangkal atau perairan yang berlumpur. Jenis-jenis tumbuhan ini tumbuh di perairan dangkal atau perairan yang berlumpur. Bagian tumbuhan yang terdapat di permukaan air (udara) kadang – kadang memperlihatkan sifat – sifat tumbuhan mesofit attau xerofit, sedangkan bagian yang terendam air atau tenggelam memprlihatkan cirri –ciri tumbuhan hidrofit sejati. Contohnya adalah Marseilla crenata. Tumbuhan amfibi yang batangnya terdapatdi permukaan tanah, tetapi akarnya tetap terbenam di dalam rawa atau tanah yang terendam di sebut sebagai “tumbuhan rawa”, misalnya Scirpus grossus.
Adapun beberapa faktor yang mendorong tanaman hidrofit mengalami adaptasi khusus terhadap habitatnya adalah kelebihan air dan medium kurang menunjang terhadap pertumbuhan tanaman. Tumbuhan hidrofit melakukan beberapa adaptasi khusus, yaitu:
  1. Reduksi jaringan pelindung (epidermis), epidermis beralih fungsi bukan sebagai pelindung tetapi berfungsi untuk penyerapan gas dan nutrient langsung karena dinding selulosa dan kutikulanya tipis. tidak punya stomata (tumbuhan hidrofit tenggelam), pertukaran gas langsung melalui dinding sel.
  2. Reduksi jaringan penguat (sklerenkim), Memiliki sedikit atau bahkan tidak mempunyai jar. Skerenkim. Air memberi kekuatan dan melindungi tumbuhan dari kerusakan.
  3. Reduksi jaringan pengangkut, xilem memperlihatkan pereduksian yang paling besar dan floem berkembang cukup baik.
  4. Reduksi jaringan penyerap. sistem akar kurang berkembang dan bulu akar serta tudung akar tidak ada.
  5. Terdapat pengembangan ruang-ruang udara yang spesial (aerenkim). Terdapat pada daun dan batang hidrofit, menyediakan atmosfir internal bagi tumbuhan, memberikan pelampung bagi tumbuhan untuk mengapung, menyimpan udara oksigen dan karbondioksida.
Ciri-ciri tumbuhan Hidrofit jika dilihat dari morfologinya adalah memiliki batang yang berongga, umumnya struktur batang lunak, akar tidak berkembang dan tidak memiliki tudung akardan terdapat stomata dalam jumlah yang sedikit. Ciri anatominya adalah memiliki lebih dari satu aerenkim, tidak memiliki kutikula dan adanya lakuna yang besar dan banyak. (http://nununghaerani.blogspot.com/2010/10/perbandingan-adaptasi-tumbuhan-mesofit.html)
-       Adaptasi tumbuhan Hidrofita
Lingkungan aquatic pada umumnya hamper seragam sehingga vegetasi hidrofita dalam melakukan adaptasi, modifikasi dan perubahan organ tubuh terhadap kondisi lingkungan juga tidak terlalu banyak. Kebanyaakan adaptasi tumbuhan hidrofita merupakan modifikasi secara morfologi, anatomi dan fisiologi dengan cirri – cirri sebagai berikut :
a.       Adaptasi morfologi
1.      Akar
Tumbuhan hidrofit memiliki akar yang berkembang kurang baik. Akar pada Tumbuhan hidrofit memiliki cirri – cirri sebagai berikut :
·         Bagian akar yang berhubungan langsung dengan air berperan sebagai permukaan yang berguna untuk menyerap air, unsure hara dan mineral.
·         Akar pada tumbuhan aquatic yang terapung miskin akan bulu akar.
·         Beberapa vegetasi hydrophyta berakar memperoleh makanan dari perairan melalui permukaan tubuhnya, tetapi sebagian besar tegantung pada akarnya yang berada dalam tanah untuk memperoleh unsure – unsure mineral.
·         Beberapa tumbuhan aquatic kadang – kadang tidak mempunyai akar karena hidup terapung atau melayang. Dalam air, seperti pada tumbuhan Azolla pinnata dan sebagainya.
·         Pada tumbuhan Jussiea sp berkembang dua macam aka. Akar yang tumbuh di permukaa air adalah akar normal tetapi jika tumbuh didalam air akarnya akan mempunya sifat “negatively geotrophic” dengan bagian akar yang mengandung jaringan spons.
·         Akar terapung membantu tumbuhan aquatic selalu pada posisi terapung.
2.      Batang
Pada umumnya batang tumbuhan aquatic bersifat lunak, berwarna hijau atau kuning. Pada keadaan tertentu batangnya akarnya akan bermodifikasi menjadi rhizome atau runner dan sebagainya.
3.      Daun
·         Tumbuhan aquatic umumnya berbulu, berdaun bulat, berwarna hijau pucat atau hijau gelap dengan permukaan daun bagian atasnya yang berhubungan bebas dengan atmosfer dan bagian bawahnyab bersentuhan atau terendam air.
·         Bersifat hydrofilli, tumbuhan aquatic mengembangkan 2 macam bentuk daun yang berbeda, daun yang terendam dan daun diatas permukaan air. Daun yang terendam air pada umumnya berbentuk pita yang lurus atau sedikit terpotong sedangkan daun yang terapung / diatas permukaan air berbentuk bulat atau seperti daun telinga.
·         Sifat heterofilli yang berkaitan dengan sifat fisiologi biasanya mempunyai karateristik :
-          Akan mengurangi jumlah proses trnspirasi
-          Daun yang lebar yang berada di atas permukaan air akan menaungi daun yang terendam yang telah beradaptasi terhadap intensitas cahaya yang rendah.
-          Tumbuhan aquatic kurang menunjukkan respon terhadap kekeringan karea kekurangan air dapat di kompensasi oleh daun yang terendam oleh air.
-          Tumbuhan aquatic hanya memiliki variasi dalam bentuk hidup dan habitatnya.
-          Tumbuhan aquatic yang berdaun lebar yang berada di atas permukaan air mempunyai peranan untuk transpirasi secara aktif dan mengatur tekanan hidrostastis di dalam tubuhnya.
·         Daun tumbuhan aquatic yang terapung bebas bentuk dan tesktur permukaannya lebih halus dan sering di lindungi oleh lapisan lilin yang berfungsi sebagai pelindung dari pengaruh fisik dan zat kimia, serta untuk mencegah stomata tersumbat. Daun yang terendam biasanya bentuknya lebih kecil dan beradaptasi terhadap aliran air. Selain itu beberapa tumbuhan air mempunyai daun penumpu (ptiolus) yang membesar (membengkak) dan mengandung spon agar tumbuhan dapat mengapung. Pada tumbuhan amphibi, daun yang terdapat di permukaan air bersifrat mesofilik dan berdaun keras.
b.      Adaptasi anatomi
Pada tumbuhan hidrofit modifikasi anatomi berperan sebagai :
·         Pengurangan terhadap struktur pelindung, seperti tidak terdapatnya lapisan kutikula karena lapisan epidermis berfungsi untuk penyerapan air, mineral, gas secara langsung dari lingkungan perairan. Selain itu sel – sel epidermis mengandung klorophil untuk proses fotosintesis dan lapisan hypodermis biasanya kurang berkembang.
·         Peningkatan aerasi. Stomata tidak di jumpai pada daun yang terendam air. Pada tumbuhan terapung stomata berkembang dengan jumlah terbatas di permukaan daun bagian atas. Pada tumbuhan amfibi stomata tersebar di seluruh permukaan daun yang berhubungan langsung dengan atmosfer dengan jumlah yang lebih besar daripada tumbuhan terapung. Lubang udara atau “air chamber”  yang berisi gas CO2 dan O2 tersusun dari aerenkhima, sedangkan pada daun dan batang yang terendam jaringan aerenkhima berkembang dengan baik yang berperan untuk mengapung dan menunjang mekanik batang dan daun.
·         Pengurangan jaringan mekanik dan jaringan pengangkutan. Pada tumbuhan aquatic jaringan ini berkembang dalam korteks pada bagian tubuh yang berhubungan dengan atmosfer. Pada teratai (Nymphaea capensis), jaringan penunjang dinamakan “asterosklereid” yang dindingnya berlignin dan berfungsi penunjang.
·         Penyerapan air dan garam-garam biogenic pada bagian tumbuhan yang terendam dan dilakukan oleh jaringan pembuluh pada dasarnya tidak diperlukan, sebab bahan – bahan tersebut secara langsung dapat di peroleh. Oleh karena itu buluh kayu (xylem) maupun buluh tapis (floem) tidak berkembang dengan baik dan cenderung menjadi kumpulan jaringan yang tumbuh berkembang berkelompok kea rah pusat. Di bagian tengah jaringan buluh kayu yang berbentuk “lacuna” yang berperan sebagai “air chamber” . batang dan akarnya tidak mengalami pertumbuhan sekunder.

B.     TUMBUHAN XEROFIT
-       Pengertian
Tumbuhan Xerofit yaitu tumbuhan yang hidup dan tumbuh berkembang di daerah yang habitatnya kering “Xeric”. Habitat xeric merupakan habitat yang ketersediaan airnya terbatas atau kurang. Dalam kaitannya dengan ketersediaan air. Terdapat 3 tipe habitat xeric, yaitu:
1.      Habitat xeric yang secara fisik sifatnya kering. Terdapat pada wilayah yang kapasitas menahan air tanah cenderung rendah dan terdapat didaerah beriklim kerin, seperti gurun pasir, permukaan batuan atau lahan kritis.
2.      Habitat xeric yang secara fisiologis sifatnya kering. Terdapat pada daerah yang airnya banyak atau melimpa, tetapi air tersebut sulit di serap oleh tumbuhan karena salinitasnya terlalu tinggi, terlalu dingin atau terlalu masam.
3.      Habitat xeric yang bersifat fisik dan fisiologis keadaanya kering atau kekurangan air.
Xerofit adalah tumbuhan yang mempunyai karakteristik yang dapat hidup di gurun atau semi gurun. Walaupun demikian, tumbuhan jenis ini dapat tumbuh pada kondisi mesofilik yang ketersediaan airnya sedikit. Tumbuhan xerofit dapat beradaptasi pada keadaan atau kondisi kering, kelembababn rendah dan suhu tinggi. Jika tumbuhan ini hidup pada kondisi yang kurang sesuai maka tumbuhan tersebut akan mengembangkan suatu sifat atau karakteristik fisiologi dan struktur khusus denagn memodifikasi organ-organ tubuhnya yang berfungsi untuk :
a.       Mengabsorbsi air sebanyak mungkin dari lingkungannya.
b.      Menahan dari organ tubuhnya pada periode waktu yang lama.
c.       Mengurangi transpirasi seminimal mungkin.
d.      Mengatur dan mengontrol konsumsi air.
Berdasarkan ketahannya terhadap factor kekeringan, tumbuhan xerofit dapat dikelompokkan menjadi beberapa kelompok yaitu:
a.       Tumbuhan xerofit yang menghindar terhadap kekeringan. Cirri-ciri pada umumya mwmpunyai siklus hidup yang pendek., selama periode yang kering tumbuhan akan berada pada fase buah dan biji berkecambah dengan siklus hidup yang pendek atau biji masak sebelum musim kering yang ekstrim (tumbuhan disebut “ephemeral”. Tumbuhan tersebut umumnya tumbuh di daerah “semi arid” suatu habitat yang mempunyai periode curah hujan yang relative singkat per tahun. Contohnya dalah tumbuhan Astragalus sp, Atremesia sp dan sebagainya.
b.      Tumbuhan xerofit yang tahan mengalami kekeringan. Tumbuhan yang termasuk golongan ini biasanya mempunyai ukuran tubuh kecil, dengan kapasitas toleransi dan dapat tumbuh meskipun mengalami kekeringan yang tinggi.
c.       Tumbuhan xerofit yang tahan terhadap kekeringan. Pada umumny tumbuhan yang termasuk dalamk kelompok ini akan membentuk dan memodifikasi organ – organ tubuh yang adaptif terhadap kondisi kekeringan yang ekstrem, misalnya organ untuk menyimpan air.
Tumbuhan xerofita yang mempunyai organ penyimpanan organ penyimpanan air dapat di kelompokkan menjadi 2 kelompok yaitu :
a.       Tumbuhan xerofit “succulent”
Tumbuhan yang mempunyai organ tumbuh yang membesar (membengkak) dan berdaging secara aktif dapat menyimpan organ air dalam organ tersebut yang airnya akan digunakan pada musim yang kering dan ekstrim.
b.      Tumbuhan xerofit “ non succulent”
Merupakan tumbuhan xerofit sejati.
-       Adaptasi tumbuhan xerofit
Masyarakat tumbuhan yang hidup dan tumbuh di habitat yang kering pada umumnya akan mengembangkan atau memodifikasi organ tumbuhan (sebagian atau seluruhnya) sebagai reaksi dan perilaku adaptasi terhadap lingkungannya.modifikasi structural pada tumbuhan xerofit mempunyai 2 karakteristk/cirri yaitu :
a.       Karakter xeromorfik
Modifikasi structural bersifat genetic dan menurun dengan kemampuan tumbuhan tidak terpengaruh oleh kondisi lingkungannya. Tumbuhan tersebut hidup dan tumbuh di habitat gurun pasir
b.      Karakter xeroplastik
Modifikasi structural yang di sebabkan oleh kekeringan dan selalu berasosiasi dengan kondisi kering, kekurangan air dengan kelengasan yang tinggi. Karakter ini tidak menurun dan hilang juka factor lingkungan memungkinkannya. Adaptasi xerofitik yang penting antara lain :

a)      Adaptasi morfologi
1.      Akar
Adaptasi akar tumbuhan xeromorfik pada umunya mempunyai modifikasi system perakaran yang berkembang  dengan baik, tumbuh memanjang agar dapat mencapai lapisan tanah yang mengandung air yang banyak.
2.      Batang
Beberapa karakteristik adaptasi batang antara lain:
1)      Batang beberapa tumbuhan xeromorfik bertekstur keras dan mempunyai jenis kayu yang baik, pada batang di atas tanah maupun batang di bawah tanah.
2)      Lapisan luar/ epidermis batang pada umunya diselaputi lapisan lilin yang tebal(misalnya equisetum sp) atu bulu-bulu yang rapat (misalnya Calotropis gigantea),
3)      Pada beberapa jenis tumbuhan xeromorfik batangnya dapat mengalami modifikasi berupa duri, misalnya tumbuhan Doranta sp, Ulex sp, dan sebagainya atau batangnya menjadi pipih, seperti daun yang duduk dengan daun mendatar atau tegak bewarna hijau dan berdaging. Modifikasi daun bentuk ini dinamakan filokladium (phyllocladium) misalnya Opuntia sp (kaktus) dan Muchlenbeckia sp (kokoloba)
4)      Pada tumbuhan succulent batang utama sering menjadi umbi (bulbus) dan berdaging. Selain itu daunnya tumbuh langsung dari ujung akarnya, misalnya tumbuhan Kleinia articulate.
3.      Daun
Beberapa karakteristik adaptasi daun antara lain:
1)      Beberapa tumbuhan xerofit daunnya sering gugur dengan cepat (caducous) untuk mengurangi transpirasi dan evaporasi, atau kadang-kadang daunnya (sebagian besar tereduksi menjadi seperti sisik misalnya pada Aparagus sp, atau cemara (Casuarina equisetifolia)) atau daun seperti jarum misanya pada pohon Pinus merkusii,
2)      Pada tumbuhan Xerofit yang daunnya berdaging (succulent) berfungsi sebagai tempat penyimpan cadangan air, lendir atau getah, daunnya akar tereduksi dan mengalami modifikasi menjadi tempat penyimpanan bahan-bahan tersebut. Misalnya pada tumbuhan Aloe spinossissima, Sedum acre, atau Kleinia ficides.
3)      Pada umumnya tumbuhan xerofit daunnya mereduksi, berkutikula tebal dilapisi lilin yang mengandung silica dan bentuknya kecil seperti jarum dan berduri misalnya terdapat pada daun pohon kaktus (Opuntia sp) atau Euphorbia splendens.
4)      Di daerah berangin kencang seperti di tepi pantai atau di pegunungan, sering terdapat tumbuhan xerofit batang dan daunnya berbulu dan berstomata yang terbenam (cryptophore) yang terdapat di permukaan bagian bawah daun. Tumbuhannya dinamakn “trichophyllous plants”
4.      Bunga, buah dan biji
Pada dasarnya bunga selalu tumbuh dan berkembang pada kondisi lingkungan yang paling mengntungkan. Buah dan biji terlindung oleh kulit yang cukup keras dan kadang-kadang mempunyai lapisan tebal.
b)      Adaptasi anatomi
Pada tumbuhan xerofit, adaptasi anatomis untuk mengefisienkan penggunaaan dan pemanfaatan air. Cirri-ciri adaptasi anatomi tersebut yaitu:
1.      Pada beberapa organ tubuhnya terdapat proses deposisi lilin, proses lignifikasi dan kutinisasi pada permukaan epidermis atau hypodermis.
2.      Sel-sel epidermis kecil tetapi kompak dangan rambut dan stomata yang terlindung dinamakan stomata kriptofor dan jumlahnya cenderung lebuh sedikit. Sel-sel epidermis berlapis lilinn, tannin , resin, selulosa, dan sebagainya berfungsi sebagai pelindung atau penyerap panas dan intensitas cahaya matahari.
3.      Rambut epidermis bentuk bermacam-macam, sederhana atau kompleks uniseluler atau multiseluler berguna untuk melindungi stomata dan mencegah kehilangan air.
4.      Struktur stomata kriptofor terdapat dalam cekungan di bawah atau di atas permukaan daun,
5.      Hypodermis tumbuhan xerofit letaknya langsung di bawah epidetmisnya. Terdiri dari satu atau beberapa lapis kompak dengan sel berdinding tebal. Hypodermis berasal dari epidermis, korteks batang atau mesofil daun. Sel-sel tersebut mengandung tannin atau mucilage (lendir),
6.      Jaringan dasar (ground tissue) pada batang sebagian besar tersususn dari sel atau jaringan sklerenkhim. Jika daun tumbuhan xerofit kecil dan cepat gugur maka fotosintesis jaringan klorenkima paling luar langsung dihubungkan oleh stomata dengan atmosfer. Pertukaran gas secara teratur berlangsung di batang. Pada batang dan daun tumbuhan succulent jaringan dasarnya mengandung jaringan parenkim berdinding tipis yang berisi atau menyimpan air, lendir, atau lateks sehingga batangnya membengkak atau berdaging.
7.      Pada daun xerofit sel-sel mesofil bentyknya kompak. Sel-sel biasanya kecil, berbentuk spheris, kuboid, atau melingkar dengan ruang antar sel sempit. Beberapa jaringan mesofil dikelilingi oleh lapisan hypodermis yang tebal dan sklerenkhim, kecuali pada bagian bawah daun. Lapisan ini untuk menepis cahaya matahari jika intenstas cahay terlalu besar. Pada daun sklerenkhim dan parenkim berkembang dengan baik dan ekstensif, dan tumbuhannya dinamakan tumbuhan sklerofilous dengan daun berjaringan parenkim yang berdaging dan berguna menyimpan air.
8.      Jaringan pengangkut atau conducting tissue yaitu jaringan buluh kayu (xilem) atau buluh tapis (floem) pada tumbuhan xerofit umumnya berkembang dengan baik.
c)      Adaptasi fisiologi
Pada mulanya diperkirakan bahwa Adaptasi structural pada tumbuhan xerofit hanya berguna untuk pengurangan transpirasi. Pada beberapa penelitian menunjukkan bahwa kecuali tumbuhan succulent, tumbuhan xerofit sejati menunjukkan adanya laju transpirasi yang tinggi. Keadaan yang serupa ternyata laju transpirasi/ unit area tumbuhan  tumbuhan xerofit, laju transpirasi lebih besar daripada tumbuhan mesofit, hal yang sama untuk jumlah stomata/ unit area. Hal yang terkait dengan beberapa sifat tumbuhan xerofit yaitu:
1.      Modifikasi structural tumbuhan xerofit di atur fisiologi. Missal tumbuhan succulent sel parenkim mengandung polisakarida, pentose, dan sejumlah senyawa bersifat asam sebagai penahan panas. Konversi polisakarida menjadi pentose menyebabkan terjadinya akumulasi air yang cukup banyak di dalam sel-sel parenkim sebagai air cadangan.
2.      Tumbuhan succulent stomata terbuka di malam hari dan tertutup pada siang hari. Malam hari respirasi berlangsung cenderung menghasilkan senyawa bersifat asam dan jika konsentrasi osmotiknya meningkat menyebabkan aliran perpindahan massa air ke sel penjaga (guard cell) di stomata sehingga membengkak dan stomata terbuka. Sebaliknya siang hari senywa bersifat asam akan terurai menghasilkan CO2 untuk fotosintesis, akibatnya tekanan/ konsentrasi osmotic akan menurun, air keluar dari sel penjaga dan stomata akan tertutup.
3.      Di dalam sel atau jaringan tumbuhan xerofit, komposisi kimia dari sitoplasma sel secara aktif dikonversikan menjadi senyawa ke dinding sel. Misal senyawa polisakarida akan dikonversikan menjadi selulosa, zat pectin, suberin disisipkan dalam dinding sel, berbagai enzim seperti katalase atau peroksidase terdapat di tumbuhan xerofit adanya senyawa aktif terhadap zat pati. Selain itu tumbuhan xerofit adanya senyawa kimia yang mampu menyebabkan sitoplasma sel menjadi kental dan mampu bertahan terhadap kekeringan dan suhu yang tinggi.
4.      Adanya lapisan kutikula tebal dan permukaan licin, sel epidermis kompak dan stomata kriptofor dilindungi oleh rambut (sel trikoma)menyebabkan organ tubuh mampu mengatur transpirasi dan evaporasi pad daun maupun batangnya.
5.      Sitoplasma bertekanan osmotic yang tinggi membantu mencegah tumbuhan layu, serta efektif dalam membantu penyerapan air melalui akar.

C.    TUMBUHAN MESOFIT
-       Pengertian
Tumbuhan mesofit adalah tumbuhan terrestris ( daratan ) yang tumbuh dalam kondisi tidak terlalu basah dan tidak terlalu kering, sering dinamakan lingkungan mesik (Misra, 1980). Tumbuhan dalam kelompok ini tidak dapat tumbuh dalam habitat/ tanah yang jenuh air dan tanah yang kering. Contohnya vegetasi  hutan hujan, padang rumput, ladang atau kebun.  Komunitas mesofit terdiri rerumputan, semak, herba dan vegetasi hutan hujan tropis (Shukla dan Candel, 1996).
-       Pembagian kelompok tumbuhan mesofit berdasarkan komunitas vegetasi utama yang menyusunnya
1.         Komunitas rerumputan dan herba
Komunitas rerumputan dan herba merupakan komunitas yang vegetasinya tersusun vegetasi rumput dan herba semusim atau tahunan. Umumnya habitatnya mempunyai curah hujan tahunan sekitar 25-75 cm/tahunan. Komunitas vegetasi ini dibedakan atas beberapa tipe komunitas yaitu:
a.         Komunitas rumput dan herba di padang Arktik dan Alpine
Komunitas ini berada da daerah Arktik (kutub utara) dan di daerah puncak pegunungan Alpin. Tumbuhannya tersusun dari vegetasi semak yang lembut dan berukuran kecil. Vegetasi semak kadang bercampur dengan lumut bukan lumut kerak. Komunitas rumput dan herba terdiri 2 komunitas yaitu Komunitas rumput dan Komunitas herba yaitu tumbuhan herba dikotiledon seperti Delphinium sp, Potentill sp, Ranunculus sp, Saxifraga sp.


.         Lapangan rumput (Meadow)
Lapangan rumput (Meadow) sebagai penghubung antara jenis komunitas rumput yang tersusun dari tumbuhan mesofit dan hidrofit, yang tumbuhan di habitat yang tanahnya mengandung kadar air antara 60%- 80%. Vegetasi lapaangan rumput terdiri dari herba tahunan yang tumbuh subur dan rimbun, dan saling berdesakan (overcrowding). Tumbuhan umumnya berbatang tinggi, berakar rimpang (rhizoma). Daunnya berciri-ciri tumbuhan mesofitik yaitu berdaun tipis, lebar, tumbuh mendatar dan bentuk lainnya ‘globrous’. Tumbuhan- tumbuhan yang tumbuha dan hidup di daerah ini antara lain terdiri dari tumbuhan yang termasuk suku Compositae, Graminae, Papilionaceae, dan Ranunculaceae yang tumbuha melimpah.

c.         Ladang dan padang gembalaan (pasture dan cultivated)
Vegetasi ini umumnya mempunyai tumbuhan yang lebih  pendek daripada lapangan rumput dan habitatnya lebih terbuka. Vegetasi lading dan padang penggembalaan sering mengalami gangguan yang dilakukan oleh hewan perumput dan hewan herbivore lainnya. Tumbuhan yang tumbuh disini antara lain: rerumputan, herba, tanaman dikotil, dan beberapa jenis lumut.

2.         Komunitas tumbuhan berkayu (semak belukar dan hutan)
Komunitas tumbuhan berkayu dapat dikelompokkan dalam beberapa tipe yaitu
a.         Semak belukar Mesofitik
Komunitas vegetasi semak belukar mesofitik terdapat pada habitat yang kondisi lingkungannya tidak sesuai untuk pertumbuhan tanaman brerupa pohon yang akan membentuk vegetasi komunitas hutan. Kondisi tersebut sangat sesuai untuk habitat komunitas vegetasi herbal yang kadang- kadang membentuk vegetasi campuran antara tumbuha semak xerofitik dan mesofitik, seperti tumbuhan Salix sp,Arabis sp, Lathyrus sp, Vicea sp, dan sebagainya.

a.         Hutan Gugur daun (Deciduous florest)
Hutan Gugur daun bercurah tinggi sekitar 75-100 cm/ tahun dengan suhu udara sedang (moderat). Hutannya terdiri pohon yang menggugurkan daunnya ketika suhu kering dan panas seperti di daerah tropika. Pepohonan ini mengandung mikroflora dan akarnya mengandung mikorhizza. Tumbuhan epifit seperti lumut dan lumut kerak tumbuh melimpah di permukaan batang pohon. Sebagian besar tumbuhan di hutan gugur daun penyerbukannya dilakukan oleh angin. Hutan gugur daun diberinama berdasarkan pohon-pohon dominanyang membentuk asosiasi hutan Quercus spp, hutan Betula spp, hutan Fagus spp.
Pada daerah tropis bermusim kering dan musim jelas, pepohonannya akan bersifat tropofit yaitu tumbuhan mesofit selama musim hujan tumbuhan tropofit menjadi xerofit. Dedaunan akan mulai gugur pada permulaan musim hujan dan musim kemarau. Tumbuhan bersifat tropofit beradaptasi terhadap kekeringan dan musim hujan bersifat tunasnya berpelindung lebih baik, kulit pohon mempunyai lapisan pelindung (epidermis) tebal dan modifikasi batang yang tumbuh di dalam tanah akan bertunas pelindung terhadap kekeringan dan kedinginan. Contoh Tumbuhan Conifer, missal pohon Tusan (Pisum spp).


b.         Hutan yang selalu hijau (Evergreen Forest)
Hutan ini ditemukan di daerah tropis, subtropics, daerah beriklim sedang (temperate) di bumi bagian selatan. Pepohonan di hutan Evergreen biasanya daunnya selalu hijau selam setu tahun sampai daun baru muncul.


Terdapat 3 macam hutan  evergreen yaitu
1)        Hutan Antartika, tumbuh di New Zaeland dan daerah lainnya. Suhu udara tahunannya berkisar 5° C- 70°C dengan curah hujan banyak sepanjang  tahun. Pohon penyusun  hutan ini adalah pepohoana suku Coniferaceae, Myrtaceae, Hymenophyllaceae, tumbuhan lumut hati.

2)        Hutan subtropics
Hutan ini terdapat di daerah curah hujan cukup tinggi, tetapi tidak mempinyai perbadaan suhu yang besar antara musim dingin dan musim panas. Hujan pada umumnya jatuh pada musim panas, jarang terjadi pada musim dingin. Hutan subtropics terdapat antara lain di bagian timur Amerika Serikat, Brazilia bagian selatan, Afrika Selatan, Australia Selatan, Australia Timur, Cina bagian selatan dan Jepang. Pepohonan ini mencapai tinggi sekitar 30 m terdiri dari pohon asam (Tamarindus sp), magnolia (Magnolia aciminata), pohon Oak (Quercus spp) dan lumut-lumutan.



3)        Hutan-hutan tropika
Hutan ini terdapat di daerah tropis sekitar khatulistiwa dengan curah hujan 1800mm/ tahun, suhu udra rata-rata lebih dari 24 °C. hutan hujan tropika terdapat di bagian tengah dan selatan Amerika, Afrika Tengah, Kepulauan Pasifik, Brazilia, Indonesia, Malaysia, dan kawasan tropis lainnya.
Hutan ini merupakan hutan yang kepadatan pohonnya sangat tinggi dan jarang terganggu oleh komponen biotic lain dalam proses suksesinya sehingga dinamakan hutan pemula (primeral forest) yang menjadi vegetasi klimaks di seluuruh dunia. Hutan ini  berciri kelembaban tinggi sekitar 95%, suhu udara tinggi, hujan hampir tidak setiap hari, tidak terdapat musim kering yang berarti, tanahnya kaya akan humus, berwarna gelap, mempunyai porositas yang tinggi.
Vegetasi hutan hujan tropis bervegatasi subur kaya akan jenis dan tersusun dari tumbuhan suku Lauraceae, Leguminoceae, Moraceae, atau Myrtaceae. Vegatasi ini berlapisan stratifikasi pohon yang jelas terdiri pohon mencapai tinggi 40-50 m, disertai tumbuha bawah berupa semak, herba, lumut, Selaginella sp, dan sebagainya. Di akar pepohonanya sering tumbuh jamur/ mikhorhiza, saprofit, parasit  seperti Raflessia spp, Balanophora sp, Monotrapa sp, dan pada batangnya  sering terdapat tumbuhan epifit dan liana.


Selain terdapat kelompok adaptasi tumbuhan berdasarkan ketersediaan air dan lingkungannya (kelompok hidrofit, xerofit, mesofit) menyebutkan pula terdapat kelompok tumbuhan yang beradaptasi pada tumbuhan lain sebagai tempat tumbuh dan hidup disebut tumbuhan Epifit, dan kelompok tumbuhan yang telah beradaptasi terhadap lingkungan rawa payau (tumbuhan halofit) disebut tumbuhan Mangrove atau tumbuhan bakau (Kusuma dan Ismono, 1995).

D.      TUMBUHAN EPIFIT
Nama epifit berasal dari bahasa Latin, “epi”= di atas, “phyton”= tumbuhan, dan “epiphyton”= tumbuhan yang tumbuh di atas pohon. Secara harfiah, tumbuhan epifit adalah tumbuhan yang tumbuh di atas tumbuhan lain. Secara umum, epifit adalah tumbuhan ototrof yang tumbuh pada permukaan tumbuhan tempat bertumpu secara tetap dan tidak berakar di tanah. Epifit disebut pula “tumbuhan aerofit” (aerophyta) yaitu suatu tumbuhan yang hidup di udara. Contohnya antara lain anggrek (Vanda teres), simbar menjangan (Platycerium bifurcatum), pakis duwit (Drymoglosum pilaselloides), beberapa jenis alga, lumut (Tortura pagorum) atau lumut kerak, misalnya Palmeria sp.
Epifit menyerap air dari atmosfir dan menyerap unsur-unsur hara dan mineral dari kulit batang yang membususk dari pohon tempat bertumpu. Karena tumbuhan epifit bersifat ototrof, tumbuhan tersebut mensintesis karbohidrat dari air dan CO2 sendiri dari atmosfir dengan bantuan sinar matahari yang membedakannya dengan tumbuhan parasit atau liana karena tumbuhan epifit tidak berakar di tanah.
Habitat dan sebaran epifit bermacam-macam, seperti di permukaan tumbuhan air yang terendam, permukaan batang dan percabangan pepohonan, dan permukaan daun, batu-batuan dan sebagainya. Vegetasi epifit terutama tumbuhan lumut, tumbuh melimpah di daerah yang lembab dan sejuk, tetapi sangat sedikit tumbuh di daerah yang kering dan beriklim dingin. Di daerah yang hangat dan basah, pada batang pohon yang berlumut sering didominasi oleh tumbuhan epifit dari suku Bromeliaceae dan Orchidaceae yang tumbuh melimpah. Di daerah hujan tropis, jenis-jenis epifit umumnya terdapat di batang atau cabang di puncak-puncak pohon xerofit, sedangkan di bagian bawah batang pohonnya tumbuh-tumbuhan “hygrofita” (“hygrophytes”), yaitu tumbuhan yang menyukai kelembaban yang tinggi dan naungan.
Tumbuhan epifit ternyata terdapat pada bermacam-macam habitat. Beberapa jenis tumbuhan epifit tumbuh di permukaan tumbuhan akuatik yang separuh tenggelam, sedangkan tumbuhan lainnya cenderung merupakan tumbuhan yang menempati batang pohon atau cabang, bahkan tumbuh di lamina daun (aerial). Selain itu tumbuhan epifit dapat pula tumbuh di batu bahkan di tiang dan kawat telepon. Tortura pogorum adalah tumbuhan epifit berupa lumut (moss) yang pada umumnya tumbuh di batang pohon di daerah perkotaan karena memerlukan lingkungan dengan suhu yang tinggi dan udara yang mengandung asap untuk pertumbuhannya yang normal.

1.    Adaptasi Struktural
Karena tumbuhan epifit kebutuhan airnya tergantung dari hujan, embun dan uapi air di udara maka tumbuhan epifit dapat beradaptasi secara struktural untuk dapat menyimpan air dan mengurangi kehilangan atau kekurangan air. Adaptasi struktural yang terpenting adalah sebagai berikut:
a.       Adaptasi morfologi
1)      Akar
Pada tumbuhan epifit berpembuluh (vascular plants) sistem perakarannya tumbuh berkembang dengan baik dan luas, dan terdapat 3 jenis sistem perakaran, yaitu :
a)      Akar penyerap (absorbsi), akar yang berfungsi menyerap air, mineral dan bahan organis sebagai nutrien dari celah-celah kulit batang pohon yang lembab dan telah membusuk yang menjadi tempat tumbuhan epifit tumbuh,
b)      Akar pelekat (clinging roots), akar yang berperan agar tumbuhan epifit tetap melekat di permukaan batang pohon tempat tumbuh dan menyerap nutrien dari humus dan debu yang terakumulasi di permukaan kulit batang tumbuhan inang,
c)      Akar udara (aerial roots), akar yang posisinya menggantung di udara untuk menyerap air dari atmosfir dan berwarna hijau (mengandung klorofil) sehingga dapat melakukan fotosintesis.

2)      Batang
Batang tumbuhan epifit berpembuluh maupun tidak (non-vascular plants), berkembang dengan baik atau tidak. Beberapa jenis tumbuhan epifit kadang-kadang pada batangnya membentuk batang “succulent” untuk menyimpan air yang bentuknya, seperti umbi (tuber) atau gelembung, seperti bola palsu (pseudobulbous).
3)      Daun
Daun tumbuhan epifit pada umumnya mempunyai helai daun yang terbatas, beberapa jenis anggrek bahkan hanya mempunyai satu helai daun pada musim pertumbuhan. Kadang-kadang daunnya berdaging dan mempunyai lapisan epidermis pada kulit. Pada tumbuhan Dischidia nummularia, Platycerium bifurcatum, Asplenium nidus, daunnya berubah atau mengalami modifikasi menjadi seperti kendi (“pitcher”).
4)      Buah, biji dan penyebarannya
Buah dan biji tumbuhan epifit pada umumnya disebarkan oleh angin, insekta dan burung. Jika biji jatuh pada permukaan batang pohon atau tempat lainnya dan lingkungan yang sesuai maka bijinya akan berkecambah dan tumbuh menjadi tumbuhan baru.
b.    Adaptasi anatomi
Tumbuhan epifit memiliki ciri-ciri struktur anatomi organ-organ tumbuhan seperti berikut :
1)      Lapisan kutikula pada daunnya tebal dan stomata berbentuk cekungan yang terbenam (kriptofor) berada di bawah permukaan epidermisnya dan berguna untuk mengurangi transpirasi dan kehilangan air, sedangkan pada sel organ yang berperan untuk menyerap air seperti akar dan daun, epidermisnya tidak berkutikula.
2)      Pada tunmbuhan epifit yang berbatang “succulent” mempunyai jaringan yang berkembang dengan baik sebagai tempat penyimpanan cadangan air.
3)      Pada akar udara (aerial roots) beberapa tumbuhan epifit di daerah tropis seperti pada suku Araceae dan Orchidaceae, akan terbentuk jaringan parenkima yang disebut jaringan “velamen”, yaitu suatu jaringan yang bersifat higroskopis yang berperan untuk menyerap air dari atmosfir. Velamen mempunyai “eksodermis” yang terdiri dari sel-sel yang dindingnya tebal berlignin dan permeabel terhadap air. Velamen menyerap dan menahan uap air yang diserap melalui sel pelalu (passage cell) pada eksodermis (Hidayat, 1995).
4)      Struktur anatomi organ lainnya serupa dengan struktur anatomi tumbuhan mesofit.
2.    Macam-macam Tumbuhan Epifit
Shimper (dalam Shukla dan Chandel, 1996), telah membagi tumbuhan epifit menjadi 4 tipe, yaitu:
a.       Protoepifit
Tumbuhan epifit ini mendapatkan nutrien sebagai sumber makanannya dari permukaan tempat tumbuhnya (batang pohon, daun atau batu) dan atmosfir. Tumbuhan epifit ini tidak membentuk struktur organ adaptasi khusus, kecuali akar udara dan velamen. Misalnya Peperonis sp, Dischidia nummularia, dan beberapa tumbuhan paku-pakuan epifit.
b.      Hemiepifit
Tumbuhan epifit pada mulanya tumbuh di permukaan batang pohon atau tempat lainnya, tetapi kemudian berhubungan dengan tanah melalui akar udara, misalnya Scindapus officinalis. Selain itu dapat pula terdiri dari tumbuhan yang batangnya memanjat dan melekat di tumbuhan yang ditumpanginya kemudian putus hubungan dengan tanah karena batang bagian bawahnya yang terdapat di tanah secara berangsur-angsur mati, dan sisa ujung batangnyatumbuh sebagai tumbuhan epifit. Tumbuhan macam ini dinamakan tumbuhan “pseudoepifite”.
c.       Epifit Sarang
Tumbuhan epifit ini mempunyai organ tubuh yang berkemampuan untuk memperoleh air dan humus dalam jumlah yang cukup untuk kehidupannya melalui sistem perakarannya yang bentuknya seperti sarang. Contohnya adalah anggrek kalajengking (Arachnis mangayi), anggrek merpati (Dendrobium crumenatum), atau anggrek bulan (Phalaenopsis anabilis).
d.      Epifit Kantung Air
Tumbuhan epifit ini mempunyai akar yang bentuknya seperti jangkar dan terdiri dari jalinan serabut fibrosa yang berkembang dengan baik yang berfungsi sebagai kantung untuk penyerapan dan tempat penyimpanan air. Selain itu daunnya juga dapat menyerap air dan melakukan proses fotosintesis. Contohnya adalah Nidularium sp, Tillandria sp, dan beberapa jenis tumbuhan epifit yang termasuk dalam suku Bromeliaceae (Suswanto Rasidi. 2004: 6.24-6.27)



E.   TUMBUHAN HALOFITA DAN VEGETASI MANGROVE
1.      Tumbuhan Halofita
Berbagai jenis tumbuhan tertentu dapat tumbuh dan hidup di habitat yang mengandung kadar garam yang tinggi. Tumbuhan yang hidupnya demikian dinamakan tumbuhan halofita (halophytes). Misra (1980) menyebutkan tumbuhan halofit sebagai tumbuh-tumbuhan yang tumbuh di habitat tanah atau air yang kaya akan senyawa garam (antara lain NaCl). Beberapa jenis tumbuhan seperti Bit (Beta vulgaris) atau Alfalfa (Alfalfa lucerne) yang bukan merupakan tumbuhan halofit, tetapi tumbuh di tanah yang bergaram dan disebut dengan tumbuhan “halofit fakultatif”
 

Dalam lingkungan tanah atau perairan dengan kadar garam yang tinggi, sebenarnya tumbuhan halofit kadang-kadang tumbuh di lingkungan yang kadar airnya cukup (jernih), tetapi sebenarnya cukup tersedia air yang diperlukan. Hal ini karena tingginya kadar garam di dalam tanah atau perairan tersebut sehingga air tidak dapat diserap oleh tumbuhan yang tumbuhan di habitat tersebut. Untuk itu tumbuhan halofit harus mempunyai toleransi atau beradaptasi pada lingkungan yang secara fisik basah, tetapi secara fisiologis kering. Toleransi atau adaptasi yang dilakukan tumbuhan halofitnpada umumnya dengan mengakumulasi garam dan mensekresikannya kembali atau menyimpannya dalam organ khusus di dalam daun yang disebut “kelenjar garam” (salt gland) dan membatasi perkecambahan, pertumbuhan atau reproduksi pada musim-musim tertentu.
Jenis-jenis tumbuhan yang tumbuh pada relung ekologi yang habitatnya berkadar garam cukup tinggi (walaupun jauh dari laut) yang mengandung NaCl, CaSO4, atau KCl dan akan berkurang pada musim hujan disebut tumbuhan “pseudo halofit” (halofit semu). Jenis-jenis tumbuhan tersebut antara lain adalah  Chaenopodium album, Sueda fructicosa atau Tamarix articulata. Tumbuh-tumbuhan ini sering membentuk komunitas yang vegetasinya melimpah dan membentuk formasi “mikro edafik”.

Stocker pada tahun 1933 (dalam Shukla dan Chandel, 1996) adalah peneliti yang pertama kali mengelompokkan habitat yang mengandung garam (saline habitat) dengan tumbuhan yang telah beradaptasi pada habitat tersebut. Habitat tersebut adalah :
a.       Habitat Akuatik-halin, misalnya Avicennia spp atau Rhizophora spp
b.      Habitat Teresto-halin, terdiri dari Habitat Higrohalin dan Habitat Mesohalin dan habitat Xerohalin, misalnya Spartina sp dan Sueda maritime
c.       Habitat Aero-halin, terdiri dari habitat yang terkena siraman atau percikan garam dari lingkungan laut dan habitat yang terkena debu garam dari lingkungan padang garam., misalnya Aegicera corniculatum atau  Sechium edule. Selain itu tumbuh-tumbuhan yang tumbuh dan hidup pada habitat yang tanah atau perairannya berkadar garam (NaCl) antara 0,01-0,1% disebut “tumbuhan oligofit”, antara 0,1-1% disebut “tumbuhan mesohalofit”, dan >1% disebut “tumbuhan euhalofit”

Garam-garam terlarut pada umuumnya akan berpengaruh terhadap tumbuhan halofit pada tekanan osmotik dan berbagai reaksi kimi di dalam sel. Ciri-ciri toleransi dan adaptasi yang penting yang menandai tumbuhan halofit adalah sebagai berikut :
1.      Tumbuhan yang tumbuh di tanah yang mengandung garam pada umumnya berkecambah, tumbuh dan berkembang di musim hujan ketika kadar garam mengalami pengenceran dan berada di bawah zona perakaran.
2.      Pada kebanyakan tumbuhan, perkecambahan dan pertumbuhan biji akan terhambat dan tidak dapat tumbuh pada lingkungan berkadar garam, sedangkan pada tumbuhan tertentu pertumbuhan kecambah dan biji dapat berlangsung secara “vivipari”, misalnya pada tumbuhan bakau  (Rhizophora spp) yang mempunyai hipokotil yang telah masak dan berkecambah di atas pohon
3.      Tumbuhan halofit pada umumnya mempunyai sistem perakaran yang dangkal, akarnya yang ada di permukaan akan berguna untuk menyerap nutrien dan membantu aerasi karena akarnya terendam air hujan atau air laut.
4.      Kebanyakan tumbuhan halofit merupakan tumbuhan berdaging tebal, mengandung air dan bersifat “succulent” karena pengaruh garam-garam yang terlarut dalam tanah, khususnya ion-ion khlorida yang menstimulasi ciri-ciri tersebut.


2.      Tumbuhan Mangrove
Tumbuhan halofit yang termasuk dalam kelompok tumbuhan berbiji tertutup (Angiospermae) yang kebanyakan tumbuh dan hidup di rawa-rawa pantai. Dapat dibagi menjadi 2 buah kelompok, yaitu :
a.       Tumbuhan halofit yang tumbuh terendam air laut (hidrohalofit) yang terdiri dari tumbuhan mangrove
b.      Tumbuhan payau di tepi pantai (higrohalofit) yang terdiri dari tumbuhan rawa pantai (salt marsh) dan tumbuhan yang berada di dataran tinggi di tepi laut (aerohalofit)
Salah satu vegatasi halofit yang penting yang tumbuh di perairan rawa payau di tepi pantai yang membentuk suatu komunitas vegetasi yang khas dan dipengaruhi oleh pasang surut adalah vegetasi mangrove. Vegetasi mangrove pada umumnya terdiri dari komunitas vegetasi halofit yang terbentuk dari berbagai formasi tumbuhan berupa pepohonan dan semak. Tumbuhan mangrove pada umumnya tumbuh lebat di kawasan pantai yang berlumpur, delta muara sungai besar, laguna dan teluk yang terlindung (estuaria) atau di pulau-pulau karang yang pantainya berpasir (Sukardjo, 1984)
Komunitas vegetasi hutan yang terdapat dan tumbuh di habitat payau disebut “vloedbosh” atau hutan pasang surut atau lebih sering dinamakan hutan mangrove, sering padanannya dinamakan juga hutan bakau (Kartawinata, dkk, 1978). Berdasarkan kondisi ekologi lingkungannya, tumbuh-tumbuhan yang terdapat di hutan bakau atau hutan mangrove mempunyai kebutuhan ekologi yang disukai atau ekologi preferensi (ecological preference) tertentu. Menurut Steenis (1958), Misra (1980) dan Sukhla dan Chandel (1996), ekologi preferensi tumbuhan mangrove adalah sebagai berikut :
1.      Perairan yang dangkal berlumpur tebal
2.      Habitat berlumpur atau berpasir yang selalu terendam air payau yang kaya akan materi organic
3.      Terdapat di kawasan tropis atau subtropis yang mempunyai kelembaban dan curah hujan yang cukup tinggi
4.      Tumbuhannya mempunyai ketahanan terhadap salinitas, frekuensi genangan dan kedalaman tertentu, serta tahan terhadap arus dan ombak
5.      Kondisi perkecambahan dan pertumbuhannya sangat berkaitan dengan faktor-fktor tersebut di atas
Ciri-ciri adaptasi yang terpenting dari tumbuhan bakau, antara lain :
1.      Daunnya mempunyai sel epidermis, kutikula yang tebal dan jaringan palisade yang berkembang dengan baik. Daunnya mempunyai kapaitas untuk menyimpan air.
2.      Mempunyai sistem jaringan akar berupa akar napas atau pneumatofora (Avicennia spp), akar tunjang (Rhizophora spp), dan akar lutut (Bruguera spp)
3.      Mempunyai akar pneumatofora geotropik negatif yang berfungsi untuk bernapas
4.      Perkecambahan biji berlangsung di dalam buah dan membentuk hipokotil yang bentuknya memanjang (vivipari) sehingga jika jatuh dapat menancap di lumpur, misalnya pada Rhizophora spp
Watson (dalam Sukardjo, 1984), mengelompkokan vegetasi mangrove menjadi 2 kelompok, yaitu :
1.      Kelompok utama yang terdiri dari suku Rhizophoraceae dan marga Sonneratia, Avicennia dan Xylocarpus
2.      Kelompok tambahan yang terdiri dari tumbuhan Excoecaria agallocha, Acrostichum aureum, Acanthus ilicifolius, dan sebagainya
Di hutan mangrove, terdiri dari tumbuhan mangrove berupa pohon, komunitas vegetasinya sering bercampur dengan tumbuhan bukan mangrove (kelompok tambahan) berupa pohon, perdu atau semak yang tumbuh di lantai hutan atau di hutan bakau yang terbuka. Jenis-jenis tumbuhan tersebut antara lain  Nypa fructicans, Pandanus spp, Phragmites karka, Glochidion littorale, Acrostichum aureum (paku laut), Acanthus ilicifolius (jeruju), dan sebagainya.
Komunitas mangrove di Indonesia tercatat 35 jenis tumbuhan berupa pohon, 9 jenis terna, 5 jenis perdu, 9 jenis liana, 29 jenis epifit, dan 2 jenis tumbuhan parasit. Selain itu, jenis-jenis tumbuhan umum yang terdapat di hutan mangrove dari laut ke darat, antara lain adalah Avicennia spp, Sonneratia caseolaris, Rhizophora spp, Xylocarpus granatum, Lumnitzera spp,Bruguiera spp,Excoecaria agallocha, Baringtonia spp, Pandanus tectorius, Acanthus spp, Acrostichum aureum, dan beberapa jenis paku-pakuan dan anggrek (Sukardjo, 1984).

DAFTAR PUSTAKA
Suswanto, Rasidi. 2004. Ekologi Tumbuhan. Jakarta: Universitas Terbuka Press


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Comments