Seperti Bintang

Saya harus menyadari realita bahwa tidak hanya saya saja yang nyata-nyata menjadi satelitmu. Tidak hanya saya saja yang nyata-nyata menjadi sumber cahaya sehingga bagian dari dirimu mengalami siang. Tidak hanya saya saja yang nyata-nyata menganggap kamu layak menjadi salah satu yang terbaik untuk menjadi arah dalam setiap gerakan revolusi kami. Tidak hanya saya saja yang nyata-nyata menganggap setiap permukaan daratanmu adalah suatu bagian yang manis ketika sebagian dari kami berhadapan denganmu.Saya harus menyadari realita bahwa sebanyak apapun saya berevolusi mengitarimu itu tidak lantas membuatmu menjadikan saya sebagai satu-satunya bintang. Atau bahkan bintang sejatimu. Sebab kamupun adalah planet yang bebas. Bebas mendapat cahaya dari bintang manapun. Bebas menjadi pusat revolusi bintang lain. Bebas mendapatkan energi dari bintang lain. Dari bintang-bintang di sekitarmu. Dan juga dari bintang di sekitar saya.
Mungkin saat ini cahaya saya sedang terhalang oleh bintang lain. Saya tidak bisa menyimpulkan bahwa bintang itu lebih terang atau tidak. Lebih besar atau tidak. Lebih jauh atau tidak. Yang jelas saya bukan satu-satunya. Dan hal ini kadang menimbulkan pertanyaan besar bagi saya : “Untuk apa saya harus terus bersinar untukmu jika tanpa saya pun kamu masih bisa mengalami hangatnya siang dan indahnya malam? Untuk apa saya terus bercahaya untukmu jika ternyata kamu bahkan tidak tahu asal cahaya yang menjadi sumber terangmu? Untuk apa saya terus berputar-putar mengelilingimu jika ternyata setiap pengenalan saya akan setiap bagian dirimu tidak cukup menjadikanmu mengerti bahwa saya adalah bintang yang selalu ada bahkan ketika kamu merasa kehadiran saya tidak begitu berarti apa-apa?”
Pertanyaan-pertanyaan tersebut seolah membuat saya merasa sia-sia untuk terus berotasi dan berevolusi seraya memboroskan energi saya. Namun demikian saya merasa heran. Kenapa saya masih saja terus bersinar dan bercahaya untukmu. Mengapa saya masih saja memusatkan orbital saya kepadamu. Mengapa saya bahkan tidak bisa berhenti ketika saya merasa benar-benar membutuhkannya barang sejenak.Ya, saya benar-benar tidak bisa berhenti.
Hingga pada suatu saat ketika ada benda asing besar dan gelap di antara kita, yang membuatmu kehilangan akses langsung mendapatkan cahaya ini, ketika cahaya ini tidak bisa seutuhnya memberikan siang bagimu meskipun sebagian dirimu mendapatkan siang dari bintang lain, saya baru benar-benar dibuat mengerti. Saya baru mengerti bagaimana rasanya menjadi benar-benar sia-sia. Saya masih saja bersinar tetapi sinar itu tidak sampai kepada siapapun. Saya baru menyadari betapa saya memang butuh bersinar. Betapa saya memahami bahwa saya memang harus menjadi cahaya sekalipun itu tak berarti apa-apa untukmu.
Saya melihat bahwa tanpa saya pun kamu masih bisa menjadi planet yang normal, tidak kekurangan apapun. Kalaupun kamu mengalami siang itu semua bukan semata-mata karena cahaya ini. Kalaupun malam-malammu tidak sepenuhnya gelap itu semua juga bukan semata-mata karena cahaya ini.Namun adalah pukulan yang sangat besar bagi saya ketika saya masih bisa terus bersinar dan bercahaya namun akhirnya cahaya itu tidak memberikan dampak bagi kamu. Bagi planet yang posisinya selalu memberi arah pergerakan saya. Kesimpulannya, memang saya yang butuh tetap bercahaya untukmu, bukan kamu yang seutuhnya mesti membutuhkan saya.
Untuk itu saya bersyukur ketika ternyata saya masih tetap boleh bercahaya meskipun tak dipandang. Saya bersyukur untuk keputusan yang telah ditetapkan bagi saya ketika saya memang harus menjadi bintang yang bercahaya, yang sinarnya menjadi penambah semangat bagi pihak lain. Saya tahu saya tidak pernah sendiri. Saya masih punya matahari yang nyata-nyata memberi kehangatan sehingga bagian dari diri saya tidak seutuhnya berupa dataran es. Yang nyata-nyata masih selalu menarik saya ke dalam keteraturan gravitasinya. Yang nyata-nyata memberikan saya arah agar tetap berada dalam orbital saya. Saya tahu bahwa saya tidak sepenuhnya bercahaya sendirian. Saya masih selalu akan punya matahari yang pasti selalu membantu saya menyinarimu ketika saya merasa cahaya saya mulai redup dan gerakan saya mulai lambat. Saya benar-benar bersyukur untuk itu. Saat ini mungkin saya bukan bintang sejatimu. Saya bahkan tidak tahu apakah kelak orbital ini akan berubah mengitari planet lain atau tidak. Apakah kelak ada planet lain yang menarik saya ke dalam gravitasinya atau tidak. Sekali lagi, saya adalah bintang dan kamu adalah planet yang bebas. Sesederhana itu. Saya diciptakan sebagaimana adanya saya untuk bersinar bagimu, dan saya tidak akan pernah menyesalinya.
Saat ini mungkin saya belum menjadi bintang sejatimu. Dan bagi saya hal ini adalah kesempatan bagi saya untuk terus belajar bersinar terang sejauh mungkin. Mungkin tidak hanya untukmu tapi juga untuk planet-planet lain di sekitar saya. Juga belajar untuk memposisikan diri pada garis yang mantap kalau-kalau suatu saat ada planet yang padanya saya harus berujung. Untuk suatu planet yang mungkin disana sinar saya lebih terang dan bercahaya. Untuk suatu planet yang mungkin akan menyanyikan bait lagu ini untuk saya.
"Seperti bintang, indah matamu
Andaikan sinarnya, untuk aku
Seperti ombak debar jantungku, menanti jawabanmu"
By Yovie and The Nuno
*Terinspirasi oleh penggalan lagu tersebut ^^
0 komentar:
Posting Komentar