The (Golden) Angels

Meskipun pada akhirnya kita tetap harus berjalan di atas kaki kita sendiri, tapi kita masih punya jalan yang cukup luas untuk kita lewati bersama. Jalan yang dapat kita lalui dengan berjejer beriringan seraya bergandengan tangan ketika mungkin ada satu dua kaki yang mulai layuh untuk terus menapaki liku-liku persimpangan ini. Jalan yang cukup lebar tanpa kita takut untuk tertawa lepas ketika tak ada alasan yang cukup masuk akal untuk berbahagia ketika tugas-tugas kuliah seolah menggunung tinggi.
Kalian adalah salah satu alasan kenapa saya masih merasakan ringannya melangkahkan kaki di atas rentetan kerikil tajam ini. Kalian adalah salah satu alasan kenapa saya masih bisa tetap menyanyikan sederet melodi bahkan ketika hati saya kadang serasa tak mampu membedakan nada-nada harmoni yang merdu.
Kita memang berbeda. Mungkin tidak sangat berbeda. Tapi juga bukan sedikit berbeda. Terlepas dari semua itu, kita punya persamaan. Yeah, kita selalu memperbandingkan kisah cinta masing-masing. Kamu yang sedang bingung karena mantan pacarmu yang notabene adalah cinta pertamamu menyatakan cinta kembali setelah sekian lama menghilang. Padahal saat ini kamu dalam posisi sudah mempunyai cinta yang lain tapi kamu juga tidak ingin melepas cinta pertamamu.
Atau kamu yang yang sudah mempunyai pacar yang suka putus-nyambung-putus-nyambung, dan saat ini kamu sedang dekat dengan orang lain yang kamu anggap begitu menawan, dia pernah menyakitimu, namun akhirnya menyatakan cintanya padamu, tapi anehnya lamu malah menolak cintanya. Tapi tambah aneh lagi kamu malahan jadi susah lepas darinya, hingga kamu tahu ternyata kamu juga adalah calon selingkuhannya. Dengan kata lain, ternyata cowok idaman lainmu itu ternyata juga punya cewek idaman lain alias in-relationship-with.. Hahahaha.
Atau kamu yang pernah kami pergoki berantem dengan pacarmu karena masalah sepele- dengan senjata utama berupa sandal selop- saat hujan melanda dan pada kondisi kritis dimana kita hendak menghadapi ujian mematikan yang butuh penalaran ekstra ditambah dosen killer yang sebenarnya tidak killer-killer amat kalau kami mau peduli.
Atau kamu yang begitu banyak melakukan kegokilan dengan begitu banyak menjadikan cowok-cowok alim sebagai mantan calon kandidat pendamping hidup yang akan datang melamarmu kelak dengan menunggang kuda putih.
Atau saya sendiri yang menurut kalian saat ini sedang bimbang tentang kondisi hati saya yang sebenarnya. Tentang seseorang yang sebenarnya tidak kalian restui dekat dengan saya karena dia bukan tipe orang setia, cemen, plin-plan dan suka tepe-tepe menurut kalian,tapi kalian selalu saja menanyakan perkembangan yang mungkin terjadi di antara kami dengan mata yang berbinar-binar dan sesekali bilang “cape deh” ketika saya telah usai mendongeng.
Begitulah kita, dengan kerumitannya masing-masing. Kerumitan yang kadang malah menjadi bahan tertawaan kita. Keruwetan yang kadang juga bisa membuat kita menangis sesenggukan bersama. Sesuatu yang unik ketika kita memperjuangkan hal yang salah seperti selingkuh atau mendua hati hanya karena kita ingin melihat sebuah senyum bahagia seorang sahabat, atau ketika kita mengojok-ojoki salah satu dari kita untuk segera putus hanya gara-gara sang pacar bertindak tidak mengenakkan di salah satu situs jejaring sosial.
Sesuatu yang konyol juga ketika kita berniat merekrut para asisten praktikum ke dalam suatu grup yang kalian namakan “The Golden Angels”, sampai kita semua tertawa guling-guling karena ternyata si asisten sudah mendengar kemasyuran grup tersebut di kalangan angkatan kita. Wuakakaka. Atau kekonyolan ketika virus ngantukan mulai bergiliran menyerang kita saat kuliah sedang berlangsung sehingga tak jarang foto-foto-semacam-orang-semedi-mencari-wangsit-dengan-khusyuk lantas beredar tatkala kuliah telah bubar. Atau hal-hal yang sengaja dibuat konyol semacam mencari perhatian ketika salah satu dari antara kita maju untuk menyampaikan presentasi sehingga tak jarang audiens heboh tertawa, bukan karena kelucuan kita, tetapi lebih karena kita terlalu memposisikan diri seperti di hutan, tertawa sendiri tanpa alasan yang jelas, tanpa tahu apa yang lucu sebenarnya.
Begitulah. Pada intinya, kita sama dalam penerimaan. Mungkin memang itulah adanya, persahabatan adalah sebuah penerimaan. Kalian adalah salah satu alasan besar yang bisa saya terima untuk terus menatap jalanan panjang di depan dengan senandung riang yang saya harap akan terus mengalun lembut.
Dedicated to : First Daughter, Second Daughter, Third Daughter and Unyut :-)
0 komentar:
Posting Komentar