Karena Senyum Itu Akan Terus Ada


Pagi itu saya terbangun dengan senyuman karena ternyata saya masih bisa melihat indahnya mentari hari itu. Namun hari tidak selamanya melulu pagi, ada siang hari yang kadang terik mentari menyengat begitu kuat. Dan siang itu termasuk kategori siang yang berat menurut saya. Saya kembali mengingat hal-hal yang semalam sudah berusaha saya lupakan dan saya berhasil, paling tidak karena akhirnya saya bisa tertidur lelap meskipun hal itu masih juga mengusik benak saya melalui mimpi.


Dan hal itu adalah kamu.


Pagi itu saya tersenyum, siang hari saya merasa beban itu terasa sesak menghimpit paru-paru saya. Andai saja saya bisa menangis, mengeluarkan airmata lalu menjadi lega, pasti semua itu akan terasa jauh lebih mudah.


Saya berharap pula berlama-lama menghenyakkan diri di ruangan berAC dapat mendinginkan kepala saya, namun hingga matahari hampir tenggelampun semua itu masih terasa sulit bagi saya.


Saya pun pulang dengan tawa seperti biasanya meskipun hati saya sebenarnya sedang bergemuruh, sampai-sampai telinga saya serasa mendengar aliran-aliran darah yang tak keruandi dalam setiap jengkal pembuluh darah saya.


Dengan merebahkan diri saya berharap bisa melupakan hal itu, paling tidak sekali lagi pada hari itu. Tapi ternyata sore itu semua juga masih sama seperti tadi siang, saya masih belum bisa benar-benar mengerti.


Saya tahu Tuhan mengerti apa yang saat itu berada dalam pikiran saya dan Dia punya jawaban dan waktunya sendiri untuk setiap pergumulan-pergumulan saya.


Dan malam itu, saya bersyukur ketika saya bisa menulis tulisan dengan tersenyum. Malam itu kamu berhasil mengembalikan senyumku, kali itu benar-benar dari dalam hati. Mungkin kita tidak benar-benar bertatap muka tapi setiap raut wajahmu seolah mengungkapkan ekspresi kasih sayang dalam benakku. Setiap kata-katamu yang selalu membuatku tak bisa berhenti merasa ‘penting’. Dan yang paling penting terimakasih karena setiap prinsip hidupmu dapat membuatku belajar lebih baik tentang kehidupan.


Benar, hari-hari memang tidak selalu berisi senyuman. Ada saatnya saya harus merasakan bagaimana pedihnya mata ketika menangis.


Terimakasih telah mengajariku untuk setia pada proses. Untuk melihat hari tidak hanya di waktu ada cahaya terang. Karena terkadang cahaya dapat begitu kuat menyengat tubuh dan suara-suara indah disana menjadi sulit terdengar.


Malam itu, ketika cahaya terasa menjauh, justru saya mulai bisa mengerti. Bahwa ada sesuatu yang lebih indah dari sekedar mempertanyakan semua itu, yaitu ketika saya mau mendengar bahwa memang semua itu Tuhan ijinkan terjadi dalam hidup saya supaya saya bisa memahami bagaimana orang-orang di sekitar saya, bahkan mereka yang sangat saya sayangi sekalipun, tidak selamanya menyukai apa yang saya putuskan dan apa yang saya coba dapatkan dengan kekuatan saya sendiri.


Malam itu saya bersyukur karena saya mau mendengar. Saya mendengarNya melalui kamu. Saya bangga pernah mengenalmu. Saya bangga menjadi temanmu. Mungkin kita tidak benar-benar bertatap muka, tapi kamu hadir jelas di benakku.


Kamu adalah orang pertama yang ingin saya hubungi ketika air mata saya berkali-kali serasa mengembang. Kamu adalah orang pertama yang ingin saya kirimi SMS ketika ada hal-hal absurd yang mampu membuat saya tertawa lebay nggak jelas meskipun bagi sekalangan orang hal itu sangat tidak normal untuk ditertawakan. Sepertinya itu tidak terlalu penting, tapi bagi saya ketika kamu mau mendengar hal itu, kamu adalah teman yang begitu manis, begitu mengerti saya.


Meskipun lebih sering kamu tidak membalas SMS saya, tapi sekalinya kamu menghubungi saya, semuanya terasa menjadi lebih baik.


Dan malam itu ketika saya mendengar kamu, saya tidak takut lagi jika akhirnya pertanyaan-pertanyaan saya hari itu mengumandang lagi esok hari. Jika ternyata panas mentari terasa begitu menyengat pikiran saya lagi dan membuat saya sulit berpikir jernih lagi. Jika esok hari saya bertemu dengan permasalahan-permasalahan lain lagi.

Karena saya mengenal kamu. Dan bagi saya kamu begitu dekat. Begitu manis. Begitu penting. Begitu menyejukkan. Begitu indah. Dan itulah gunanya teman.


Saya tidak begitu ingat kapan pertama kali kita bertemu. Tapi seingat saya dulu kamu bukan tipikal orang yang cukup menyenangkan. Lalu waktu membuktikan bahwa kamu adalah teman yang baik. Dan maaf, dulu saya pernah menyalahartikan semua perhatianmu itu.


Terimakasih mau berproses bersama saya. Saya juga akan berusaha menjadi teman yang baik.


Yang terpenting sekarang adalah bahwa saya tidak ragu lagi akan apapun, karena saya percaya bahwa sampai kapanpun, ketika kita masih bisa berjalan bersama, ketika kita masih bisa terbang melayang bersama, maka senyum itu akan terus ada. Seperti langit biru yang selalu tersenyum bersama mentari, begitulah adanya kita. Saya benar-benar bersukacita pernah mengenalmu.


Tuhan Yesus memberkati kita.

:-)

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Comments

0 komentar:

Posting Komentar