Tentang Realita

Akhirnya saya menyadari bahwa pada akhirnya saat-saat itu menghampiri saya juga. Saat –saat dimana tanpa sekehendak saya, tanpa sepersetujuan saya, membuat saya merasa begitu aneh dan cuek, mungkin tidak hanya bagi saya pribadi tetapi tentunya juga bagi orang-orang di sekitar saya.


Saat-saat sensitif seorang wanita, dimana perasaan cenderung lebih beraksi daripada otak dan logika. Saat-saat dimana saya lantas menjadi tipikal pribadi yang melankolis, suka mengambil hati segala sesuatu yang seharusnya tidak perlu menjadi beban pikiran dan bahan pertanyaan kepada semua orang. Dan bersikap seolah-olah apatis terhadap banyak hal.


Dan mungkin hal ini juga yang membuat angan saya saat ini terbang terlalu tinggi, terlalu jauh sampai-sampai saya tak mau lagi kembali pada posisi awal saya yang biasanya.


Bukannya saya menyerah, saya hanya mencoba melihat dengan mata seperti ketika saya mencoba memahamkan diri bahwa matahari yang sebegitu besarnya saja tidak mampu menyinari seluruh bumi yang ukurannya tidak seberapa, secara bersamaan.


Mungkin disitulah posisi saya saat ini. Saya dan kamu hanya berada di tempat berbeda. Pada waktu yang bersamaan.


Bila mungkin saat ini atau mungkin esok hari saya harus berulang kali mengalami hal tersebut, saya berharap tak akan pernah melupakan bagaimana rasanya menjadi seseorang yang jauh. Tanpa kontak, tanpa pesan, tanpa panggilan telepon.


Dan bila satu-satunya hal yang bisa saya lakukan adalah menunggu dengan percaya, berarti saya cukup kuat untuk bertahan. Tetapi bila harga itu justru malah membuat saya merasa tak bisa membayar, maka hanya satu hal saja yang perlu saya lakukan : belajar memahami realita.


Saya sadar, tidak selamanya saya bisa mendapatkan pengetahuan tentang apapun juga yang saya ingin ketahui saat itu. Saya punya dunia sendiri, tiap orang punya dunia sendiri bukan? Begitupun kamu.


Saya tak pernah berniat mengabaikan waktu atau siapapun. Saya juga tak pernah sedikitpun berpikir telah menjadi orang yang terabaikan. Saya hanya sedang belajar tentang bagaimana memahami realita. Itu lebih baik, bukan? Yeah, karena realita selalu punya ceritanya sendiri :)

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Comments

4 komentar:

Unknown mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Unknown mengatakan...

Mirip dengan apa yang saya rasakan mbak :)

But, realities have themself stories :)

Ari Tyas S. mengatakan...

Wah, uda bisa comment put? :)

Iya, mungkin realita adalah salah satu cara Tuhan untuk menyadarkan kita agar terus melangkah menatap hari esok ;)

Semangaaaatt :D

Stevie mengatakan...

oh.......... so sweet...

Posting Komentar